Kedai Teh Kehidupan : Kebohongan ( Bagian 1 ) - Pesan Sebuah Karya

Breaking

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Jumat, 17 Februari 2023

Kedai Teh Kehidupan : Kebohongan ( Bagian 1 )

 




Sinopsis :

Kedai teh kecil yang dikelola seorang wanita tua bukan kedai biasa, sebab hanya orang tertentu saja yang dapat melihatnya. Sekelumit kisah hidup pelanggan yang berbaur dengan secangkir teh, satu tegukan saja akan mampu membuat orang jujur dan menyibak sisi kelam dirinya.


Kedai Teh Kehidupan : Kebohongan ( Bagian 1 ) 

Gemerincing suara lonceng terdengar saat seorang laki-laki paru baya melewati pintu masuk, dia menoleh ke kanan dan kiri mencari keberadaan pemilik kedai teh yang baru dimasukinya. Pandangannya terhenti ketika seorang wanita tua berkacamata hitam menyapanya.

“Selamat datang di kedai teh tuan” sambutnya sambil mendekat ke arah laki-laki tersebut yang berdiri diam mematung. Laki-laki paruh baya dengan tas selempangnya tetap menatap wanita tua itu dengan seksama, matanya bergerak menelisik setiap inci dari bawah kaki hingga ujung rambut yang telah memutih seiring dengan usianya.

Sampai mereka berhadapan dengan mata yang saling menatap membuat laki-laki itu terperanjat dan segera sadar dari lamunannya. “Maaf nek saya mampir karena penasaran”

“Kedai ini menyediakan beberapa macam teh, jika tuan berkenan memesan dipersilahkan”tawar nenek tersebut sambil menunjuk tempat duduk yang berada di dekat jendela.

“Boleh nek, saya pesan teh apa saja yang enak”

“Baik tuan”

Laki-laki tersebut duduk di tempat yang diarahkan pemilik kedai tadi, dengan raut wajah penasaran dia mulai mengedarkan pandangannya hingga terpesona dengan deretan foto yang terpajang di dinding kayu. Beranjak dari tempat duduk dan mendekati satu-persatu foto tersebut pandangannya sampai pada foto terakhir, dia sedikit bingung keheranan.

“Tehnya sudah siap tuan” pemilik kedai mengagetkan pelanggannya untuk yang keduakalinya. Melihat wanita tua tersebut sudah menyajikan teko dan satu cangkir di atas meja, segera dia menghampirinya dan menanyakan perihal foto yang terpajang.

“Nek berarti kedai ini sudah lama ada, tapi kenapa saya baru meliatnya hari ini”

“Bukan berarti sesuatu yang tak terlihat itu tidak ada” wanita tersebut tersenyum misterius menambah kebingungan laki-laki parubaya itu.

“Begini sebentar nek bukan hanya itu, deretan foto yang saya lihat tadi menampakkan perkembangan kedai ini sejak tahun 80an sampai 2020 ini. Anehnya tidak ada perubahan di wajah nenek tidak muda dan tidak menua sama saja seperti saat ini”setelah penjelasan panjangnya dia menatap wanita tua itu dan berkedip beberapa kali. “Ahaha apa yang aku pikirkan, mungkin ini efek dari banyak pikiran maaf nek”

Wanita tersebut hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum mendengar pernyataan pelanggannya, dia pergi dan duduk di seberang tak jauh dari laki-laki paru baya itu. Hingga keheningan mulai menyerang kedai tersebut bagaimana tidak sepi, hanya ada dua orang didalamnya. Pemilik kedai yang fokus dengan buku hijau yang dia baca dan pelanggan yang menunggu teh dinggin karena kepulan asap masih terlihat keluar dari cangkir.

Tak sabar menunggu laki-laki itu mengangkat cangkirnya meniup teh tersebut supaya lekas dingin, siap akan meneguk teh yang sudah mendekat ke arah mulutnya akan tetapi tangannya terhenti karena pernyataan pemilik kedai.

“Tuan pasti pekerja kontruksi di dekat sini” Pernyataan tersebut membuat laki-laki itu kaget dan mengurungkan niatnya untuk meminum teh yang sedari tadi telah ditunggu.

“Ahaha apa yang nenek maksud, oh ternyata ini teh hijau melihat warna airnya hijau muda dan pucat cenderung bening. Saya tau karena almarhum ibu saya dulu pecinta teh, dia juga ingin membuka usaha kedai teh seperti nenek” usahanya mengalihkan topik pebicaraan membuahkan hasil.

“Iya itu teh hijau tuan, selain kandungan vitamin E sebagai aktioksidan teh hijau juga memiliki kandungan vitain C yang dapat meredakan stress, melihat tuan sepertinya banyak pikiran mangkanya saya pilih untuk menyajikan ini”

“A.. jadi seperti itu, terimakasih nek”dia tersenyum dengan tatapan cemas taku-takut wanita tersebut membicarakan status pekerjaannya lagi. Namun keinginannya pupus sebab pemilik kedai menyingungnya.

“Jika orang tidak memperhatikan tuan dengan seksama, mungkin mereka akan mengira tuan pekerja kantoran”dia berbicara tanpa memalingkan tatapannya dari buku yang dibaca.

“Bagaimana nenek bisa menyimpulkan saya pekerja konstruksi ?”

“Ada pasir berserakan di lantai yang ternyata itu dari sepatu tuan dan bekas serbuk semen yang ada di celana tuan, jadi saya berpikir anda pekerja konstruksi”

“Ahaha nenek lucu, bagaimana bisa menyimpulkan hanya dengan hal tersebut”tawanya terdengar meremekan.

“Tidak hanya itu, kulit tuan menghitam karena bekerja di bawah terik matahari sementara jika tuan memang benar pekerja kantor mungkin tetap putih seperti warna asli telapak tangan tuan”

Mendengar pernyataan tersebut laki-laki itu langsung menatap dan membolak-balikkan tangannya yang memiliki kontras warna sangat berbeda. Sesaat sia menghela nafas berat lalu menatap teh hijau yang sudah mendingin tanpa kepulan asap. Fakta tersebut memang benar dan dia memilih menerima kenyataan.

“Apa yang nenek katakan benar” setelah berucap laki-laki itu tertunduk lesu, dia meraih cangkir yang sedari tadi ada didekatnya dan menyeruput genangan teh hijau itu.

“Setelah ini tuan akan berbicara jujur”

Setelah menyeruput teh hijau, laki-laki tersebut mengeryitkan dahinya dan memandang kedalam cangkir. Sesekali dia mencium aroma teh tersebut sambil menyeruputnya sedikit demi sedikit hingga hanya tersisa sedikit teh yang ada. Puas meminumnya dia meletakkan cangkir, menghela nafas dan menerawang ke arah jendela.

“Seberapa banyak ide kreatif yang saya punya pasti tidak akan diterima”sambil tersenyum miris laki-laki tersebut menatap pantulan dirinya di kaca.

“Lalu seberapa keras anda sudah berusaha tuan ?”

“Dulu ketika berumur 20 tahunan, saya pernah bekerja di salah satu stasiun televisi sebagai tim kreatif sebuah acara. Tiga tahun lamanya berada di sana ide saya selalu terabaikan dan tidak pernah diterima itulah alasan saya berhenti dari profesi tersebut”

“Ide kreatif itu memang banyak orang yang memilikinya tuan namun banyak juga orang diluar sana mengabaikannya tanpa merealisasikannya sebab yang namanya usaha memang mahal”

“Berbicara usaha nek saya sudah melakukannya”timpal laki-laki itu.

“Ada beberapa hal menjadi kekurangan anda tuan, terburu-buru dan cepat menyerah”

Lelaki itu mengisi ulang cangkirnya dengan teh hijau, lalu meminumnya lagi. Setelah menjauhkan cangkir dari bibirnya dia berkaca di dalam genangan teh. Terdiam sesaat mulai bergumam kecil “Terburu-buru” ucapnya, lalu meletakkan cangkir di atas meja.

“Benar memang terburu-buru, saya menginginkan bonus yang di janjikan oleh produser acara tersebut tapi tak kunjung mendapatkanya. Akhirnya saya mencari pekerjaan dengan gaji yang lebih besar tapi nihil tidak pernah diterima, sampai sekarang berakhir menjadi kuli harian”

“Tidak ada yang instan tuan, bahkan dunia berprose dalam pembentukannya”

“Yang saya lakukan ini untuk istri supaya dia puas. Memang tak hanya menipu orang yang melihat, saya juga sudah menjadi penipu ulung keluarga”dibalik perkataannya itu terdapat nada penyesalan yang terdengar.

“Jadi anda sudah berbohong tuan ?”

“Yah, benar bebohong, demi menyetarakan kedudukan sosial dengan istri saya”

“Tuan pasti tau persis bukan bahwa untuk menutup kebohongan pasti dengan kebohongan yang lain”

“Nenek benar, satu kebohongan melahirkan kebohongan yang lainnya. Saat ini saya pasrah dan sadar namun belum siap jujur kepada keluarga”perkataan penyesalannya membuat mata laki-laki itu berkaca-kaca namun dia masih kuat menahan tangisnya.

“Sepintar apapun kamu mennyimpan kebohongan, suatu saat pasti akan terbongkar”ucap nenek tersebut dengan tatapan matanya terarah pada tas selempang laki-laki tersebut yang berada di atas meja. Menyadari hal ini lelaki tersebut sedikit memegang erat tasnya dengan cemas.

“I i iya nek”ucapannya sedikit gagap.

“Semakin cepat, semakin lebih baik tuan, menunda hanya mempermarah keadaan”

“Baik nek, o iya harga teh ini berapa nek ?”

“Sepertinya anda memang orang yang teburu-buru tuan, tas yang anda kenakan terbuka mungkin sudah dari tempat kerja tadi. Ternyata dugaan saya benar sekilas tadi saya melihat kain berwarna orange di dalamnya, bukankah jelas itu rompi yang tuan kenakan ketika bekerja”

“Wah.. di usia nenek saat ini ternyata masih jeli juga”ucapnya sambil sambil bertenpuk tangan dan mulut yang berdcak kagum bercampur heran.”O iya jadi berapa semua nek ?”

“Gratis untuk tuan”mantab menjawab, wanita tersebut mulai mecatat sesuatu di buku hijau yang dibacanya tadi.

“Jangan begitu nek, saya tidak suka berutang atau sebagai gantinya kita barter saja nek. Bagaimana kalau dengan bolpen ini ? saya lihat nenek menulis dengan pensil tua yang sudah usang  itu”

“Baiklah saya terima” pemilik kedai mengiyakan dan menerima bolpen yang diberikan

“Terimakasih nek sudah mendengarkan cerita saya ditambah tempat ini menampung rahasia saya”

“Tolong terima ini tuan”pemilik menyodorkan sebuah daun yang diambilnya dari dalam buku hijaunya.

“Daun, bukankah ini daun semanggi empat ?”

“Benar tuan, dan jika tuan menyadari sesuatu bisa segera menuju tempat ini”

_Bersambung_

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar