Sinopsis :
Semburan cahaya matahari
mengisi penuh ruang kedai baris jendela menjadi jalan cahaya menerobos ke
dalam. Dua orang duduk berhadapan tengah mengobrol dengan keseriusan di wajah
mereka, dengan secangkir teh yang mengepulkan asap dan foto seorang laki-laki
di atas meja.
“Jadi dia adalah
buronan tuan”seru pemilik kedai sambil menutup mulutnya dengan satu tangganya.
“Iya nek dia adalah
pedagang barang antik namun sayang semua dagangannya palsu”
“Pantas saja dia
menawar tempat ini dengan harga selangit mungkin akan digunakan sebagai tempat
bisnisnya”
“Nenek benar dia
sedang mencari tempat untuk bisnisnya, beberapa hari yang lalu dia terlihat di
sekitar jalanan ini lewat CCTV namun sayang gambarnya tidak menunjukkan dengan
jelas tujuan dia”
Pemilik kedai hanya menganggukkan
kepala bagaimanapun fakta bahwa kedai teh itu hanya bisa dilihat oleh orang
tertentu saja tetap ada di dalam pikirannya. Sementara itu polisi didepannya
melanjutkan penjelasan“Setelah melihat kedai teh ini saya kira tempat ini cocok
dengan tujuan si korban”
“Si korban ?”tanya
pemilik kedai keheranan.
“Iya nek si korban
laki-laki ini”tangan polisi tersebut menunjuk foto di atas meja mengetuk dua
kali dengan jari telunjutnya lalu mengeluh”Sungguh melelahkan pagi-pagi
mengurusi kasus pembunuhan”
Pemilik kedai membuka
suara terkaget”Tunggu-tunggu tuan pembunuhan ? korban ? maksudnya laki-laki yang
saya temui dengan mobil mewahnya beberapa hari lalu sudah meninggal ?”
Polisi menjawab dengan
anggukan kepala dan berujar”Dan dia cukup memiliki banyak musuh”
“Bagaimana bisa pebunuhan
itu terjadi tuan ?”
“Saya sedang mencari
bukti nek siapa saja pelanggannya, dicurigai pelakunya adalah salah satu
pelangganya yang ditipu hingga ratusan juta. Selain itu rekan-rekannya juga
tidak suka dengan sifatnya. Jadi korban benar-benar sosok yang sangat dibenci,
sungguh naas jasadnya ditemukan di sungai”
Pemilik kedai menutup
mulut untuk yang kedua kalinya tak percaya akan pernyataan tersebut ia bergumam
kecil”Jadi dia benar berakhir seperti fir`aun”
“Iya nek kenapa ?”
“A tidak ada apa-apa
tuan”dalih pemilik kedai.
“Sungguh melelahkan,
sebenarnya saya mulai malas dan bosan menangani perkara kasus kejahatan setiap
hari”Polisi tersebut mengeluh matanya menerawang ke luar jendela dimana orang
banyak berlalu lalang, lalu ia berujar”Negara ini makin sesak namun angka
kriminalitasnya makin tinggi”
“Itu sudah
tanggungjawab anda tuan menyandang profesi polisi”
“Ya begitulah nek, takdirnya mengurusi kejahatan di negara
berkembang yang setiap harinya seseorang bertahan hidup dengan cara yang salah”
“Memang suatu negara
berkembang biasanya angka kriminalitasnya tinggi karena selaras dengan keadaan
kesejahteraan masyarakatnya dan.. anda sebagai aparatur pemenrintah tuan yang
bertanggung jawab atas menjaga lingkungan masyarakat di negara ini”
Polisi tersenyum
lebar”Iya nek iya terimakah sudah mengingatkan saya”
“Iya tuan jangan lupa
kemalasan itu bisa jadi membunuh tuan di masa depan”
Kring
Suara lonceng pintu
kedai berbunyi, sontak kedua orang yang sedari tadi berbincang di dalam melihat
ke arah pintu masuk. Laki-laki remaja berjalan mendekat kaos putih dan celana
jeans yang dikenakannya memancarkan jiwa muda sorot matanya tajam.
“Permisi kalau boleh
tau dimana pemiliknya pak, buk ?”
“Saya sendiri nak”ucap
pemiliki kedai.
“Jadi nenek saya pesen
teh hijau disini ada nek ?”
“Tentu saja ada nak,
silahkan cari tempat duduk yang nyaman”nenek tersebut berdiri bersiap mengambil
teh tiba-tiba suara pesan masuk dari ponsel polisi terdengar mampu mengalihkan
perhatian pemilik kedai.
Mata polisi itu
bergerak membaca pasan beberapa saat dan segera pamit undur diri kepada pemilik
kedai”Nek sepertinya saya sudah mau pamit adan panggilan mendesak, o iya
terimakasih atas informasinya terkait si korban”
“Iya tuan sama-sama”
“Ini bayarannya nek”ucap
polisi tersebut sambil meletakkan uang di atas meja lalu bergegas pergi namun
langkahnya berhenti”Nek mungkin ada beberapa informasi tambahan yang saya
butuhkan mengenai korban saya pasti akan berkunjung lagi”
Polisi tersebut
tersenyum dan langkahnya semakin manjauh, pemilik kedai bergumam”Kamu akan
melihatnya sekali saja tuan”
Pemilik kedai mulai
mendekati pelanggan yang baru datang, terlihat pemuda tersebut mempersiapkan
laptop dan beberapa lembar kertas di atas meja dengan wajah yang terlihat cukup
frustasi.
“Teh hijaunya tunggu
sebentar ya, saya persiapkan”
“Baik nek”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar