Sinopsis :
Seorang
pria dengan setelan jas rapi berdasi keluar dari kedai teh dengan raut wajah
yang kesal, terlihat ia memasuki mobil mercedes benz miliknya lalu pergi
meninggalkan kedai tersebut. Samar-samar dari balik kaca nampak pemilik kedai
menghela nafas sambil menggelengkan kepala. Hingga suara lonceng berbunyi dan
menampakkan sosok laki-laki paru baya bertubuh kurus kecil dengan topi baret
yang dikenakannya.
“Lama
tidak berjumpa kawan”sapanya kepada pemilik kedai sambil merentangkan kedua
tangannya.
Melihat
hal tersebut pemilik kedai tak kala sumringa dan menyambut laki-laki paru baya
itu yang ternyata adalah rekan lamanya.
“Antoni
benarkah itu kau ?”
“Tentu
saja”jawab Antoni sambil mengangkat kedua bahunya.
“Bagaimana
kabar kamu ? Sudah lama sejak kamu pindah ke kedai cabang”
“Sebelum
itu bukankah kau harus menawarkan secangkir teh”ucapnya sambil duduk
menyilangkan kaki.
“Baiklah-baiklah
Antoni rekan lamaku”seru pemilik kedai sambil tertawa.
Selang
beberapa menit pemilik kedai datang dengan satu nampan yang berisikan teko dan
satu cangkir teh.
“Hmm
sepertinya catatan di buku ini lumayan hampir penuh”dengan seksama lelaki paru
baya itu melihat buku hijau pemilik kedai.
“Seperti
itulah manusia datang dan pergi sesuka hati mereka ke tempat ini”
“Begitu
pula dengan kedai cabang tidak ada perubahan sama seperti pertama kali kita
mengelola kedai ini”
“Namun
orang yang tadi keluar dari kedai sedikit berbeda Antoni”
“Benarkah
? laki-laki dengan setelan rapi itu tadi, ya.. aku sempat berpapasan di depan
terlihat dari sorot matanya hanya kegelapan”
“Ya
kau benar tidak ada rasa penyesalan dan tidak ingin menerima kesempatan”
Tatapan
lelaki tersebut mengarah kepada miniatur piramida kecil yang berada di meja
resepsionis.
“Miris
rasanya jika melihat batu-batu besar piramida mesir tersusun menjulang ke atas
hasil dari jerih payah pekerja demi memenuhi keinginan raja zalim dengan
kesombongannya yang berniat menantang yang maha kuasa”
Pemilik
kedai menoleh ke belakang mengikuti arah pandangan laki-laki tersebut.
“Piramida
itu ? ya.. memang benar para pekerja yang kelaparan dibawah tandusnya padang
pasir akibat dari keegoisan seorang raja yang telah dikenal kisahnya di seluruh
penjuru dunia”pemilik kedai berbalik menatap lelaki yang duduk di depannya dan
memberikan pernyataan mengejutkan”Kau tau aku melihat jiwa keji raja itu ada di
dalam tuan muda ber jas tadi”
Membelalakkan
mata seketika lelaki itu mengurungkan niatnya untuk meminum teh dan
mencondongkan tubuhnya kedepan menandakan ketertarikan. “Benarkah ?”
“Ya
tentu benar dengan penglihatanku dan kamu juga melihatnya tadi dari sorort
matanya”
“Memang
benar matanya hanya memancarkan kegelapan saja, namun apakah masi ada bentukan
manusia seperti raja tersebut di masa sekarang ini. Terlebih lagi tindakan apa
yang akan diberikan oleh yang maha kuasa kepadanya”lelaki paru baya itu sedikit
ketakutan dan menerawang mengingat azab yang diberikan kepada Fir`aun seorang
raja yang mereka bicarakan.
“Aku
telah memperingatkannya namun sikap buruknya telah menutup seluruh hatinya”
“Dosa
besar menjadi landasan kefatalan perilaku manusia, jika mengingat azab yang
diperoleh oleh Fir`aun bukankah cukup membuat kita bergidik ngeri”
“Aku
berharap dia sadar dan menerima kesempatan sama seperti ia melihat kedai ini
disitulah peluang terbuka lebar baginya, namun apabila tidak ia gubris
peringatanku tadi maka terlabat sudah sama seperti kesadaran Fir`aun di ujung
ajalnya”
“Apakah
kesalahan yang ia perbuat cuku fatal”tanya lelaki tersebut yang di susul dengan
anggukan pelan pemilik kedai sebagai jawaban.
_Bersambung_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar