Anime Attack on Titan dalam Perspektif Psikologi (Anxiety Disorder) - Pesan Sebuah Karya

Breaking

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Selasa, 24 Januari 2023

Anime Attack on Titan dalam Perspektif Psikologi (Anxiety Disorder)

 


Lebih dari satu dekade Anime dengan judul Attack on Titan karya Hajime Isamaya menjadi salah satu manga terpopuler. Adaptasi anime nya juga berhasil banyak digemari oleh para penentonnya.  seri anime yang diproduksi oleh Wit Studio dan MAPPA telah memiliki 4 seaseon ini memiliki alur cerita yang begitu menarik.

Berlatar belakang dengan kehidupan manusia di dalam tembok besar sebagai pelindung mereka dari dunia luar dikarenakan keberadaan Titan (raksasa) yang bisa mengancam hidup mereka. Tokoh utama dalam cerita ini adalah  Eren Yeager yang tinggal bersama saudara angkatnya, Mikasa Ackerman dan sahabatnya Armin Arlert. Ketiganya menjadi korban dimana daerah asalnya diserang oleh sekelompok raksasa.

Selepas tragedi yang menimpa mereka 5 tahun berlalu, ketiganya berhasil lulus masuk ke militer demi membalas kekejaman para Titan yang meluluh lantahkan tempat tinggal dan keluarga mereka. Dalam penugasannya mereka ditempatkan di Distrik Trost yang bersebelahan dengan Wall Rose. Pada mulanya mereka memilih akan bergabung ke devisi dengan tugas yang berbeda-beda. Adapun devisi yang dimaksud adalah 1) Military Police, 2) Survey Corps, dan 3) Garrison. Eren Yeager beserta temannya sepakat memilih untuk bergabung dengan devisi militer survey corps atau biasa disebut dengan pasukan pengintai.

Terdapat hal menarik dari devisi ini yang tak lain adalah tugasnya yang berani mempertaruhkan nyawa.Tugas dari pasukan ini adalah mengintai dan meneliti para Titan, banyak dari pasukan militer ini pergi ke luar tembok untuk menghadapi Titan secara langsung dan memberantasnya.Cerita dibalik anime Attack on Titan dengan keberanian para pasukan pengintai ini menjadi hal menarik jika dilihat dari sudut pandang psikologi berikut menjelasannya.

Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang perilaku, fungsi mental, dan proses mental manusia. Dalam psikologi sendiri seringkalai pembahasan tentang mental issues kerap kali menjadi pembicaraan dan salah satunya adalah gangguan kecemasan (Anxiety Disorder). Ada sebuah relasi antara cerita anime di atas dengan isu mental tersebut.

Titan atau raksasa di dalam anime Attack on Titan bisa merepresentasikan ketakutan penderita gangguan kecemasan yang dimana selalu beranggapan bahaya akan terjadi kepada dirinya bahkan bayangan kehilangan nyawa terus menghantui. Tak jaranga para penderita gangguan cemas memilih untuk menghindar dan mengukung diri di zona aman mereka, bisa di tebak tembok besar yang mengelilingi warga dari Titan jika disebut sebagai pelindung lebih cocok sebagi tempat mengukung diri dari sebuah ancaman dan ketakutan yang berada di luar dinding.

Tidak salah memiliki sebuah kecemasan dan ketakutan sebab hal itu merupakan hal alamiah yang bisa dialami siapa saja. Namun menjadi masalah apabila hal itu tidak bisa dikendalikan dan menggangu aktiftas sehari-hari seperti mulai mengurung diri, ketakutan secara berlebihan dan bisa berakibat depresi. Salah satu kendala terbesar bagi kebanyakan penderita gangguan cemas adalah ketakutan akan kematian (thanatophobia).

Jika melihat cerita di balik anime Attack on Titan seluruh warga memiliki ketakutan yang luar biasa akan ancaman dari luar tembok momok kematian dan hancurnya tempat mereka. Dalam hal ini bisa kita sadari bahwa secara keseluruhan setiap manusia memiliki rasa ketakutan akan kematian akan tetapi di sisi lain banyak orang yang memiliki rasa pasrah akan hal tersebut. Kita bisa melihat rasa pasrah dengan keberanian itu ada pada diri para pasukan pengintai, bukan berarti mereka tidak takut akan kematian dalam beberapa adegan teman Eren Yeager berkata mereka tidak ingin mempercepat kematian namun mereka tidak ingin berdiam diri dengan ketakutan itu.Mereka pasrah dan berani keluar dari zona aman dengan memilih untuk mengetahui latar belakang dan sebenarnya apa yang menjadi ancaman bagi mereka.

Berdasarkan pandangan di atas dapat kita ambil benang merah dalam kasus Anxiety Disorder untuk bisa mengendalikan kecemasan dan rasa takut tersebut belajar mengenal apa mental ilness tersebut menjadi gerbang utama untuk bisa mengendalikannya bukan mental ilness itu yang mengendalikan tubuh kita. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar