Permainan Peran Gender dalam Film Detektif Enola Holmes 2 - Pesan Sebuah Karya

Breaking

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Jumat, 27 Januari 2023

Permainan Peran Gender dalam Film Detektif Enola Holmes 2

 


Setelah sukses dengan sekuel pertamanya kini Harry Bradbeer kembali menyajikan serial detektif Enola Holmes 2 yang siap untuk memulai petualangan misteri dalam menemukan seseorang. Memang dalam film ini tidak memberikan kasus besar seperti pembunuhan melainkan lebih kepada pemecahan misteri kehilangan seseorang, yang dimana pada sekuel pertama Enola memecahkan misteri atas kehilangan ibunya. Tak jauh berbeda dengan film pertamanya Enola (Millie Bobby Brown) kini memulai lembaran baru dengan menangani kasus kehilangan yang dilaporkan oleh gadis kecil bernama Bess.  

Selain daripada petualangan menarik dalam menemukan seseorang sekuel detektif satu ini menjadi unik dengan melibatkan seoorang wanita berani dan cerdas yang menjadi tokoh utama sekaligus berperan sebagai detektif. Jika pada film detektif lain menampilkan sosok laki-laki cerdas, proyek film Enola Holmes memang sengaja disajikan untuk khalayak umum seolah-olah ingin manampilkan sajian berbeda berbau peran gender perempuan dalam dunia genre kriminal crime. Hal ini cukup berhasil memberikan warna baru dari film detektif, dan fakta lain karakter fiktif Enola sebenarnya hasil sebuah karangan dari penulis Amerika Nancy Springer dengan buku pertamanya berjudul “Kisah Misteri Enola Holmes : Kasus Menghilangnya Sang Marquess” terbit pertama kali pada tahun 2006.

Fakta menarik di atas bisa menjadi sebuah rangkaian ulasan menarik terkait permainan gender yang dibawa dalam alur cerita film. Beberapa scene bahkan secara gamblang menggambarkan bagaimana wanita di perlakukan berbeda. Berikut ini merupakan hal-hal menarik di dalam film yang menyoal tentang isu peran gender.

Besetting Tempat di Inggris

Film ini bersetting tempat di inggris dengan mengambil latar belakang tahun 80-an. Bukti film ini bersetting di inggris dengan era tahun 80-an adalah penyebutan era victoria di menit pertama. Serta narasi bahwa sang tokoh Enola yanng menginginkan untuk menjadi bagian detektif hebat di tahun 1827 pada masa tersebut. Namun hal menarik di tampilkan pada narasi berikutnya yang dimana eksistensi pekerjaan detektif dengan kisah kehebatan mereka di dominasi oleh laki-laki tak terkecuali kakaknya Enola yaitu Sherlock Holmes. Hal itu membuat Enola terobsesi menjadi setara dengan mereka. Pemilihan kata setara dalam narasi Enola inilah yang menunjukkan keinginan posisi perempuan sama di mata publik tanpa ada ketimpangan dan pembedaan dengan kemampuan mereka.

Selain daripada penjelasan di atas, setting tersebut bisa dibuktikan dengan tampilan berpakaian wanita Inggris yang banyak menggunakan gaun panjang berongga dengan beberapa aksen pita dan memiliki beberapa renda. Dilansir dari harpersbazaar.co.id tampilan busana semacam tersebut seringkali di pakai pada era crinoline. Istilah fashion crinoline di ambil dari bahasa Prancis yang berarti kerangka bagian dalam rok yang terbuat dari loop metal. Keadaan rok yang berongga dan cukup ringan memberikan ruang gerak kaki bagi wanita pemakainya.

Namun dari penggambaran setting tersebut tokoh Enola di dalam film cukup memberikan sikap yang tidak seperti wanita pada umumnya di tahun atau era 80-an. Jika sebagai wanita dituntut memiliki sikap lemah lembut menampilkan keindahan dan perawakan yang menarik, Enola di dalam filmnya justru memiliki perangai yang berbeda. Sosok tegas, pintar dan pemberani ditampilkan dalam diri Enola dengan penggambaran untuk mendobrak pelabelan terhadap wanita di jaman itu.

Potret Wanita dalam Film

Penggambaran wanita di dalam film ini berada di pihak nomer dua atau terpinggirkan. Terlihat dari bagaimana Enola mulai pesimis akan dirinya setelah membuka agensi detektif tidak ada orang yang ingin meminta jasanya dalam menangani sebuah kasus. Banyak orang yang lebih memilih kakaknya Sherlock Holmes untuk menyelesaikan sebuah kasus daripada Enola dikarenakan kemampuan dia diragukan sebagai detektif perempuan. Selain penggambaran eksestensi melalui sosok Enola, dalam film juga menampilkan kondisi perempuan yang cukup sesuai dengan realita.

Salah satu contoh kondisi nyata perempuan Ingrris yang tergambar di dalam film adalah banyaknya buruh pabrik yang hampir semua pekerjanya adalah wanita. Bahkan banyak diantara mereka yang bekerja masih muda,contohnya satu tokoh di dalam film bernama Bess yang masih berusia sekitar 12 tahun menjadi salah satu buruh pabrik korek api. Karakter ini lah yang meminta bantuan Enola untuk menemukan kakaknya yang bernama Sarah.

Di dunia nyata banyaknya buruh pabrik ini memang benar adanya salah satunya pabrik korek api Bryant and May di Bow terkenal memiliki sitem kerja yang buruk dan di dominasi oleh pekerja wanita. Pekerjaan wanita dan anak perempuan di pabrik ini bertugas untuk mengemas korek api ke dalam kotak. Dari penyajian kisah ini kondisi sosial wanita di masa itu secara pekerjaan masih dipinggirkan. Terdapat ketimpangan antara pekerjaan perempuan dan laki-laki yang digambarkan dalam film tak hanya buruh bahkan dalam beberapa scene perempuan di bingkai dalam sebuah bentuk penghiburan dalam sebuah panggung teater.

Karakter Sarah Chapman

Sama seperti beberapa penjelasan di atas kemunculan Sarah berasal dari adik perempuan yang bekerja bersamanya di dalam pabrik meminta bantuan Enola untuk mencarinya. Dari sinilah petualangan pencarian Enola atas gadis bernama Sarah yang sebenarnya sedang mempersiapkan sesuatu hal yang besar yaitu melaporkan indikasi sistem buru yang ada di dalam pabrik.  Cukup sepenggal kisah di dalam film kini mari berkenalan dengan sosok Sarah di dunia nyata.

Dalam kisah nyata Sarah Chapman merupakan karyawan lama di pabrik Bryant and May, ia pun cukup memperoleh penghasilan dari pekerjaan tersebut. Perempuan berkelahiran 1862 ini menjadi pelopor utama pemogokan kerja pada serikat  Inggris di pabrik tempat dia bekerja. Bukan tanpa alasan hal tersebut dilakukan ada beberapa faktor yang menjadi pendorong pemogokan massal mulai dari sistem yang buruk, upah yang sangat minim hingga isu kandungan fosfor yang menjadi penyebab banyak kematian karyawan  pabrik.

Salah satu faktor yang disajikan dalam film adalah terkait permasalah kandungan fosfor di dalam pabrik yang menyebabkan banyaknya karyawan mengalami tifus hingga kematian. Kondisi ini diduga disebabkan oleh sistem pekerjaan dimana buruh dituntut untuk berkerja selama berjam-jam sambil menghirup uap beracun yang berasal dari fosfor putih korek api. Bagi para kaum wanita yang terjangkit penyakit ini memiliki gejala berupa berubahan bentuk wajah yang disebut sebagai rahang Phossy dan mengeluarkan bau tak sedap hingga kerusakan di bagian rahang.

Kata yang sangat iconic di dalam film adalah “Hanya Butuh Satu Bara Untuk Menyulut Api” hal ini menggambarkan sosok keberanian Sarah dalam memperjuangkan hak-hak nya sebagai seorang buruh wanita. Aksinya ini merupakan aksi industri pertama yang dilakukan dan untuk wanita. Dilansir dari nationalgeographic.grid.id sebenarnya pengusaha yang takut kehilangan bisnisnya mengambil langkah menyerahkan kertas perjanjian kepada buruh. Mereka diminta utnuk menandatangani surat pernyataan bahwa bekerja dalam kodisi terbaik dengan upah yang tidak pernah dipotong dan di tunda. Namun hal itu tidak ditanggapi baik, para buruh wanita menolak dan 1.000 pekerja membanjiri jalan-jalan London untuk memperjuangkan hak-hak mereka.

Secara keseluruhan film ini berhasil memberikan nuansa baru dari genre kriminal crime mulai dari cerita yang tidak biasa hingga menyisipkan peristiwa nyata berbau sejarah. Isu gender yang ada mengundang para penikmat film ikut berspekulasi dan mengulas setiap kejadian sebenarnya. Namun penggunaan permaian gender terhadap perempuan di abad ini cukup membuat sebagian orang merasa abai sebab beda jaman beda kasus. Dari sudut pandang penulis film ini bisa dijadikan sebagai bahan untuk pengetahuan dan penyampaian informasi tehadap peristiwa sejarah saja. Akan tetapi penyajian peristiwa dalam film dan beberapa scene adegan sangat terkesan mengkampanyekan pergerakan feminis.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar